Desa Purwonegoro terletak di Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, dengan kode pos 53472. Balai Desa Purwonegoro beralamat di Bayalangu,Purwonegoro, Kec. Purwanegara, Kab. Banjarnegara. Di desa purwonegoro merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan purwanegara Kabupaten Banjarnegaraprovinsi Jawa Tengah sebelah utara berbatasan dengan desa kincang sebelah selatan berbatasan dengan Desa Mertasari sebelah barat berbatasan dengan desa danaraja dan sebelah timur berbatasan dengan desa Kalipelus, luas wilayah Desa purwonegoro 346,597 hektar dan jumlah penduduk terdiri dari 8220 jiwa dengan 2515 kepala keluarga. Di desa purwonegoro terdapat lima Dusun yaitu dusun bayalangu dusun berubahan dusun purwanegara dusun Karangplak dan Dusun banyumudal. Desa purwonegoro memiliki sumber daya alam berupa lahan pertanian sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk desa purwonegoro adalah petani dengan luas lahan pertanian sebesar 168 hektar selain petani mata pencaharian penduduk juga berasal dari peternak pedagang buruh swasta buruh migran tenaga medis PNS dan penyedia jasa serta TNI dan Polri salah satu potensi desa purwonegoro adalah pasar ikan terbesar se jawa Tengah. Desa purwonegoro memiliki aset berupa pasar ikan terbesar se jawa Tengah yang diresmikan pada tanggal 18 Mei 2014 syarakat kisah purwonegoro melakukan mujizatnya ikan dengan memanfaatkan lahan untuk dibuat kolam terdapat berbagai macam ikan tersedia baik ikan konsumsi bibit ataupun ikan hias selain kelimpahan sumberdaya alam dan pasar ikan Desa purwonegoro memiliki potensi di bidang seni budaya yaitu wisata cagar budaya atau yang biasa disebut dengan ruwat bumi. Ruwat bumi merupakan suatu event kebudayaan lokal tradisional yang dilakukan dua tahun sekali pada satu suro sebagai upaya melestarikan tradisi warisan leluhur kepala Desa Purwonegoro DR. RENDA SABITA NORIS S,SH,M.Kn merupakan pelopor terlaksananya event ruat bumi. Rangkaian ruat bumi diawali dengan bersih desa,ziarah ke makam para leluhur desa kemudian dilanjutkan dengan pengambilan air suci dari tujuh mata air doa bersama dan dilanjutkan dengan kirab budaya yang mulai dipadukan dengan kesenian harapan adanya event ini adalah supaya dapat semakin merekatkan silaturahmi seluruh masyarakat desa purwonegoro dan melestarikan budaya lokal tradisional.
Salah satu tradisi yang menonjol di desa ini adalah "Ruwat Bumi", sebuah acara yang diadakan setiap dua tahun sekali sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur. Pada tahun 2023, acara ini berlangsung dari 22 hingga 28 Juli, dengan berbagai kegiatan seperti bersih lingkungan, lomba taman RT, ziarah makam, kesenian eblek, parade sejuta obor, lomba karaoke, jalan sehat, dolalak, lomba mewarnai, pagelaran musik, pengambilan satu mata air suci dan pembuatan air leri, mafia sholawat, kirab dan ruwat bumi, serta pengajian akbar dan santunan anak yatim.
Salah satu acara yang menarik perhatian adalah "Kirab 1000 Obor", di mana ribuan warga membawa obor dan berkumpul di lapangan Bojongkoneng. Menurut Kepala Desa Purwonegoro, Rendra, api dalam kirab ini melambangkan semangat dan mengingatkan manusia untuk menggunakan api sebagai penerang, bukan untuk membakar, yang berarti tidak mengikuti hawa nafsu dalam kehidupan. didunia ini, masyarakat juga harus bangkit dari kegelapan atau keburukan ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya,” tutur Rendra, yang juga Ketua FKPD Banjarnegara itu.Ditemu di acara, menurut sesepuh Desa Purwonegoro, H.Toto Hardono kepada wartawan lensanusantara.co.id secara khusus menyampaikan. “Api adalah sumber kehidupan dan juga sebuah lambang penyemangat, secara kesakralan juga bisa untuk menetralisir aura negatif dalam diri manusia, semoga setelah adanya prosesi 1000 obor ini, masyaratkan Purwonegoro khususnya terlndungi dari segalak balak atau penyakit,” ungkap Toto.
Usai kegiatan, masyarakat yang hadir dilarang membawa pulang lagi obor yang terbuat dari bambu yang dikasih minyak tanah dan kain sebagai sumbunya itu. Semua dijadikan satu ke tempat yang sudah disediakan panitia untuk dipadamkan bersama.
Salah satu tradisi yang menonjol di desa ini adalah "Ruwat Bumi", sebuah acara yang diadakan setiap dua tahun sekali sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur. Pada tahun 2023, acara ini berlangsung dari 22 hingga 28 Juli, dengan berbagai kegiatan seperti bersih lingkungan, lomba taman RT, ziarah makam, kesenian eblek, parade sejuta obor, lomba karaoke, jalan sehat, dolalak, lomba mewarnai, pagelaran musik, pengambilan satu mata air suci dan pembuatan air leri, mafia sholawat, kirab dan ruwat bumi, serta pengajian akbar dan santunan anak yatim.
Salah satu acara yang menarik perhatian adalah "Kirab 1000 Obor", di mana ribuan warga membawa obor dan berkumpul di lapangan Bojongkoneng. Menurut Kepala Desa Purwonegoro, Rendra, api dalam kirab ini melambangkan semangat dan mengingatkan manusia untuk menggunakan api sebagai penerang, bukan untuk membakar, yang berarti tidak mengikuti hawa nafsu dalam kehidupan. didunia ini, masyarakat juga harus bangkit dari kegelapan atau keburukan ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya,” tutur Rendra, yang juga Ketua FKPD Banjarnegara itu.