Hari Keempat Ruwat Bumi Dipenuhi Makna dan Kebersamaan
Lewat Penyaluran BLT hingga Pawai Obor
.jpeg)


Semangat Ruwat Bumi di Desa Purwonegoro semakin terasa hangat dari hari ke hari. Seluruh warga masyarakat ikut ambil bagian dalam tiap rangkaian kegiatan yang menjadikan perayaan ini sebagai tradisi setiap dua tahun sekali yang mencerminkan kekompakan dan kepedulian sosial. Memasuki hari keempat, suasana Ruwat Bumi semakin semarak dengan kegiatan sosial, seni tradisional, dan perayaan malam yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Kegiatan dimulai sejak pagi dengan penyerahan simbolis program bedah rumah kepada warga (RTLH) yang membutuhkan. Bantuan tersebut diserahkan langsung oleh Kepala Desa Purwonegoro kepada warga penerima bantuan di dusun 4 Dusun Karangplak RT 05 RW 04 atas nama Ny. Marniti. Kegiatan ini menjadi wujud nyata perhatian pemerintah Desa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Purwonegoro. Selain itu, pada hari yang sama juga dilaksanakan penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD) untuk bulan Juli kepada 34 Kelompok Penerima Manfaat (KPM). Masing-masing KPM menerima bantuan sebesar Rp300.000, yang diserahkan langsung oleh perangkat Desa. Program ini merupakan bentuk komitmen pemerintah Desa dalam membantu masyarakat yang kurang mampu agar dapat memenuhi kebutuhan dasar secara layak, terutama dalam situasi ekonomi yang tidak menentu.
Pada malam hari, kegiatan Ruwat Bumi berlanjut dengan pelaksanaan Pawai Obor yang menjadi bagian penting dalam tradisi ini. Seluruh wilayah Desa Purwonegoro mengalami pemadaman listrik serentak yang telah dikoordinasikan dengan pihak PLN sebagai bagian dari prosesi Pawai Obor. Tradisi ini menjadi salah satu ikon dalam perayaan Ruwat Bumi yang mempertemukan warga dari seluruh dusun dalam sebuah perjalanan simbolis menuju titik kumpul utama. Warga membawa obor menyala dari lingkungan masing-masing, berjalan kaki menyusuri jalan desa yang gelap menuju Stadion Purwamenggala. Kepala Desa kemudian menyalakan obor utama sebagai simbol dimulainya ritual penyucian diri dan penyatuan semangat seluruh warga. Dalam prosesi ini, sebanyak 5.763 obor atau yang biasa disebut ontor dibawa dan dinyalakan melambangkan berbagai sifat buruk manusia seperti iri, dengki, dan ketidakjujuran yang dikumpulkan secara simbolis untuk dibakar dalam satu tungku besar. Api yang menyala menjadi harapan bersama agar segala hal negatif dalam diri masyarakat turut hangus terbakar, meninggalkan jiwa yang lebih bersih dan semangat baru untuk kehidupan Desa yang lebih harmonis.
Kegiatan ditutup dengan pertunjukan musik dangdut yang dibawakan oleh grup Oqinawa. Penampilan ini menjadi momen yang sangat dinanti-nantikan oleh warga, terutama generasi muda. Alunan musik dan lagu-lagu populer membangkitkan semangat kebersamaan dan menciptakan suasana hiburan yang meriah setelah rangkaian kegiatan penuh makna yang telah dijalani seharian. Pertunjukan yang dibawakan oleh grup Oqinawa tidak hanya menjadi ajang hiburan semata, tetapi juga menjadi simbol penutup yang menyatukan seluruh elemen masyarakat dalam suasana gembira, hangat, dan penuh kekeluargaan. Dengan demikian, hari keempat Ruwat Bumi ditutup dengan memadukan kepedulian sosial, pelestarian budaya, nilai spiritual, dan hiburan rakyat dalam satu kesatuan perayaan.