Sakralnya Hari Ketiga Ruwat Bumi Desa Purwonegoro Terwujud dalam
Prosesi Pengambilan Air Suci hingga Menjadi Air Leri
.jpeg)

Sabtu, 19 Juli 2025, menjadi hari yang sarat makna dalam rangkaian kegiatan Ruwat Bumi Desa Purwonegoro. Memasuki hari ketiga, masyarakat menyaksikan salah satu prosesi sakral yakni pengambilan air suci dari tujuh mata air yang tersebar di berbagai wilayah dusun. Tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun dan diyakini sebagai simbol penyatuan kekuatan alam dengan spiritualitas warga Desa.
Pengambilan air dimulai tepat pukul 06.00 WIB. Para kepala dusun didampingi pengurus RW dan RT di wilayahnya yang telah bersiap sejak dini hari di titik-titik pengambilan air. Sebelum pengambilan air, dikumandangkan adzan sebagai bentuk penghormatan dan permohonan restu kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pengambilan air suci pada prosesi Ruwat Bumi Desa Purwonegoro dilakukan di sejumlah titik yang tersebar di beberapa wilayah. Meliputi dua titik sumber air di RW 01, satu titik di RW 02, dua titik di RW 03, satu titik di RW 04, dan satu titik di RW 05, serta titik terakhir berada di kediaman Kepala Desa (Panjer), menjadikannya sebagai lokasi penutup dalam rangkaian pengambilan air dari tujuh mata air.
Setelah seluruh mata air diambil, perwakilan dari tiap RW berkumpul di wilayah RW 3 tepatnya di area Ki Ageng Puter sebagai pusat prosesi. Dari lokasi ini, Kepala Desa beserta para kepala dusun lengkap bersama pasangan masing-masing melakukan iring-iringan menggunakan delman menuju pendopo Yasa Anumerta. Sementara itu, para pengiring lainnya termasuk pengbyong (pengiring ritual) mengikuti di belakang menggunakan sepeda motor. Para prajurit membawa tombak dan para dayang turut mendampingi membawa kendi berisi air. Iring-iringan berhenti di pertigaan Bank Surya Yudha Purwonegoro. Selanjutnya, seluruh peserta berjalan kaki menuju pendopo Desa, tempat prosesi pembuatan air leri dilaksanakan.
Di pendopo, air dari ketujuh sumber dan satu sumber dari kediaman Kepala Desa disatukan ke dalam satu wadah untuk digunakan mencuci beras. Hasil cucian tersebut dikenal sebagai air leri. Proses ini dilakukan secara khusus oleh dua tokoh perempuan sesepuh Desa, yakni Ibu Sujirah dan Ibu Hatini. Setelah itu, air leri yang telah disatukan dimasukan dalam satu kendi untuk disematkan dan disiapkan untuk mengikuti kirab budaya pada hari Selasa, 22 Juli 2025.
Seluruh prosesi ini mencerminkan nilai-nilai kekompakan, kebersamaan, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur. Tradisi pengambilan air suci dan pembuatan air leri menjadi simbol spiritual bahwa seluruh unsur kehidupan di Desa Purwonegoro berasal dari satu sumber yang suci dan bersatu untuk tujuan yang mulia.
BAHAN MENTAH
Nama tempat:
1. Pengambilan air dimulai jam 6 setiap kepala dusun dan istri ditemani pengurus rt
Rw 1 2 titik, rw 2 1, rw 3 2 titik, rw 4 1 titik, rw 5 1. Ditempat pak lurah 1 (panjer) terakhir. Masing - masing rw terus ngumpul di rw 3 (Ki Ageng Puter) pusatnya diambil sama pa kades,para prajurit dan pak sekdes. Naik delman beserta pasangan masing-masing (khusus kepala desa dan kepala dusun), pengbyong naik sepeda motor di belakang iring-iringan delman, semua peserta pengambilan 7 mata air berhenti di pertigaan bank surya yudha, lalu jalan kaki ke pendopo tempat pembuatan air leri. Dilanjutkan Prosesi pembuatan air leri (7 mata air dan 1 mata air dikediaman rumah kepala desa disatukan menjadi 1 untuk mencuci beras, hasil cucian tersebut yang dinamakan air leri, kemudian air leri tersebut dimasukan kembali ke-7 kendi untuk disematkan dan besok paginya untuk dibawa pada saat acara kirab (pembuatan air leri dilakukan oleh ibu Sujirah dan ibu Hatini)), menyatukan dari 7 mata air tersebut. lebih detail ke pak jamingun (082226922762). Kepala dusun sebelum jam 6 udah sampai di titik pengambilan air, sebelum diambil adzan dulu. (Ada dayang, prajurit bawa tombak) di kaliputer (nama kali) 2 titik tapi disatuin di satu kendi, pak kadus nya ngasih airnya ke dayang. Air leri di bawa kirab.
2. MC kirab pak khairudin rumahnya di sebelah stadion (081327366588)