Kirab Gunungan dan Prosesi Adat Menjadi Puncak Ruwat Bumi
Desa Purwonegoro di Hari Keenam

Hari keenam Selasa, 22 Juli 2025, Ruwat Bumi di Desa Purwonegoro menjadi momentum puncak yang paling dinanti oleh seluruh lapisan masyarakat. Sejak pagi, warga dari berbagai dusun tampak sibuk mempersiapkan gunungan hasil bumi yang akan diarak dalam Kirab Gunungan. Kirab ini merupakan simbol utama dalam perayaan Ruwat Bumi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat atas berkah alam, hasil panen, dan kehidupan yang sejahtera. Setiap dusun menampilkan gunungan khas mereka yang berisi aneka hasil bumi seperti padi, jagung, dan sayuran. Tidak hanya sebagai wujud estetika, gunungan tersebut memiliki makna spiritual yang mendalam yaitu sebagai persembahan kepada Sang Pencipta dan simbol harapan agar Desa senantiasa dilimpahi keberkahan.
Kirab dimulai pukul 11.15 WIB, ratusan warga memadati rute kirab yang dimulai dari titik-titik dusun menuju Stadion Purwamenggala, tempat seluruh gunungan akan dikumpulkan. Arak-arakan berlangsung tertib dan penuh semangat. Setiap dusun menampilkan kekompakan dalam kostum serta formasi pembawa gunungan. Rute kirab yang mengelilingi Desa bukan sekadar jalur seremonial, tetapi juga menjadi perjalanan simbolik yang menghubungkan seluruh warga dalam satu semangat kebersamaan dan gotong royong. Anak-anak, remaja, dewasa, hingga orang tua turut ambil bagian dalam kirab ini, menjadikannya sebagai bentuk partisipasi kolektif yang memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Acara Kirab ini juga turut dihadiri oleh jajaran tamu undangan penting, antara lain Forkopimda, Forkopimcam, serta Bupati Kabupaten Banjarnegara. Bupati Banjarnegara, dr. Amalia Desiana hadir secara langsung dan berpartisipasi dalam prosesi pemotongan tumpeng sesajen secara simbolis yang kemudian diserahkan kepada Kepala Desa Purwonegoro, DR. KRT. H. Renda Sabita Noris S., S.H., M.Kn. Kehadiran pejabat daerah ini menandakan dukungan pemerintah terhadap pelestarian budaya lokal, serta menjadi momen penghormatan terhadap kearifan tradisi yang terus dijaga oleh masyarakat Desa Purwonegoro.
Setibanya di Stadion Purwamenggala, seluruh gunungan dari masing-masing dusun ditata rapi mengelilingi area utama yang telah disiapkan. Di tengah suasana yang khidmat dan penuh makna, dilaksanakan upacara adat yang menjadi bagian sakral dari rangkaian kirab. Prosesi dimulai dengan penyerahan simbolik gunungan wayang dari mantan Kepala Desa kepada Kepala Desa Purwonegoro yang saat ini menjabat, DR. KRT. H. Renda Sabita Noris S, SH. M. Kn. Penyerahan ini dimaknai sebagai ikrar dari para pemangku wilayah yang menyerahkan bumi beserta seluruh isinya untuk diruwat atau disucikan dari berbagai unsur negatif atau sengkolo yang ada sebagai wujud filosofi gunungan yang merepresentasikan alam semesta. Selanjutnya, dilakukan ritual penerbangan burung kuntul yang dilepas ke angkasa sebagai simbol pelepasan segala rubedo atau energi negatif, harapan akan penyucian diri, serta doa agar Desa Purwonegoro senantiasa mendapat perlindungan dan keberkahan.